FAKTUALSUMSEL, PALEMBANG – Semangat
literasi kembali menyala di tengah warga Palembang. Dari pelajar hingga
pekerja, mereka memenuhi Gedung Kesenian Palembang pada Minggu sore dalam gelaran
Palembang Book Party ke-31. Namun kali ini, suasana terasa lebih istimewa. Tak
sekadar membaca buku dan berbagi pandangan seperti biasanya, edisi ke-31 ini
menghadirkan special activity berupa sesi berpuisi bebas yang mengundang
decak kagum.
Momentum ini sengaja dirancang bertepatan
dengan bulan Juni, yang dalam dunia sastra dikenal sebagai Hujan Bulan Juninya
Sapardi Djoko Damono. Terinspirasi dari sosok maestro puisi tersebut, para guide
dari Palembang Book Party membuka panggung bagi siapa saja yang ingin
mengekspresikan isi hati lewat kata-kata, baik puisi ciptaan sendiri maupun
karya penyair ternama.
Satu per satu peserta melangkah ke depan. Ada
yang membacakan puisi Chairil Anwar, ada yang membawakan puisi dalam bahasa
Inggris, dan tak sedikit pula yang membacakan karya pribadi yang sebelumnya
hanya tersimpan dalam buku harian. “Di sinilah panggung menjadi ruang aman tanpa
paksaan, tanpa kompetisi hanya ruang bebas untuk merayakan sastra,” ujar ketua
Dewan kesenian Palembang, M Nasir.
Menurut Nasir, bagi yang tak ingin tampil,
suasana tetap hangat. Mereka diajak menulis kutipan favorit atau pesan pribadi
di secarik kertas kecil yang telah disediakan. Beberapa menulis kalimat dari
buku yang sedang dibaca, lainnya menggoreskan kutipan dari novel kenangan, atau
menuliskan buah pikiran spontan yang lahir dari suasana sore itu.
Intinya sambung, Nasir, Palembang Book Party
kali ini juga mendapat dukungan penuh dari Dewan Kesenian Palembang, yang
membuka pintu Gedung Kesenian sebagai ruang penyelenggaraan. Kolaborasi ini
menjadi harapan baru agar ke depannya semakin banyak kegiatan literasi dan seni
yang terjalin antarpenggiat budaya di Kota Palembang.
Antusiasme peserta menjadi bukti bahwa gairah
sastra belum padam. Justru tengah mencari wadah untuk bertumbuh. Dari siswa
SMA, mahasiswa, pekerja muda, hingga penulis lokal, semuanya hadir dan
berkontribusi. Mereka menyadari, dengan ruang seperti ini, karya yang selama
ini hanya menjadi bisikan batin akhirnya bisa didengar dan dihargai.
“Kami sangat berterima kasih atas kehadiran
warga Palembang yang telah meluangkan waktu untuk hadir. Semoga kegiatan
selanjutnya makin ramai, variatif, dan membawa manfaat nyata dalam meningkatkan
literasi dan apresiasi sastra di kota kita tercinta,” ujar salah satu guide
dari Palembang Book Party penuh harap.
Palembang Book Party telah membuktikan bahwa
literasi bukan hanya soal membaca, tapi tentang bertemu, berbagi, dan berani
bersuara. Di Gedung Kesenian sore itu, sastra tak lagi sepi. Ia hidup, tumbuh,
dan disambut hangat oleh hati-hati yang rindu akan kata-kata.(Fdl)