- by FAKTUALSUMSEL.COM
- Mar, 09, 2025 22:33
FAKTUALSUMSEL — Pengamat politik Sumatera Selatan, Bagindo Togar, angkat suara terkait narasi yang menyebut Kabupaten Empat Lawang seolah kurang kondusif dalam pelaksanaan Pemungutan Suara Ulang (PSU). Menurutnya, narasi tersebut patut dipertanyakan karena tidak mencerminkan kondisi nyata di lapangan. "LIhat saja dalam PSU kemarin, semuanya berjalan aman. Mengapa Empat Lawang dianggap tidak kondusif? Ini perlu dikaji ulang, jangan-jangan ada kepentingan tertentu di baliknya," ujarnya, Sabtu (19/4).
Bagindo menduga ada upaya dari pihak tertentu untuk menciptakan kesan genting demi menaikkan cost pengawasan di wilayah tersebut. “Kalau pengawasan harus diperbesar karena alasan keamanan, itu justru membuka celah pemborosan anggaran. Saya khawatir ada pihak yng berkepentingan,” tegasnya. Dia mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk menjaga marwah demokrasi, bukan malah menodainya.
Lebih lanjut, Bagindo menilai bahwa kedua pasangan calon, baik petahana maupun penantangnya, telah menunjukkan sikap dewasa dalam berdemokrasi. “Keduanya sudah menyatakan siap menang dan siap kalah. Mereka menerima apapun hasil pilihan rakyat. Jadi tak perlu ada kekhawatiran berlebih seolah akan terjadi sesuatu yang buruk,” ungkapnya.
Ia juga menyayangkan adanya elite politik yang menurutnya justru berkontribusi menciptakan atmosfer seolah-olah akan terjadi kekacauan. “Empat Lawang itu aman-aman saja. Kalau mau objektif, silakan saja turun langsung ke lapangan. Rakyat di sana happy-happy saja dalam menghadapi PSU,” papar Bagindo.
Menurutnya, bila pengamanan terkesan terlalu dibesar-besarkan, justru itu bisa menjadi pemicu kekhawatiran yang tidak perlu. “Jangan sampai pemerintah malah menjadi pemicu keresahan lewat langkah-langkah yang tidak proporsional. Empat Lawang selama ini damai, tidak ada konflik sosial apalagi politik yang mencolok,” jelasnya.
Bagindo pun berharap pelaksanaan PSU di Empat Lawang berjalan damai tanpa drama tambahan dari pihak manapun. Ia menyerukan agar semua pihak, terutama elite politik dan aparat pemerintah, menahan diri untuk tidak membuat narasi yang memperkeruh suasana. “Biarkan rakyat menyalurkan hak pilihnya dengan tenang dan tanpa tekanan,” pungkasnya. (pDR)