- by M. Sultan
- Feb, 17, 2025 21:25
FAKTUALSUMSEL – Musyawarah Provinsi ke-15 Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia (GPFI) Provinsi Sumatera Selatan berlangsung di Hotel Beston Palembang, Sabtu siang (26/4/2025), dengan menghadirkan sejumlah tokoh penting dari sektor kesehatan dan farmasi. Kegiatan ini resmi dibuka oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumsel, Dr. H. Trisnawarman, M.Kes., Sp.KKLP., SuPSP.FOMC., yang menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah daerah, BPOM, dan GPFI dalam memastikan mutu dan distribusi obat serta vaksin di wilayah Sumsel.
Dalam sambutannya, Trisnawarman menyampaikan bahwa sinergi
antara Dinas Kesehatan dan GPFI sangat vital untuk menjaga keberlangsungan
pelayanan kesehatan, khususnya dalam penyediaan obat dan vaksin. "Tanpa
ketersediaan obat dan BMHP (Bahan Medis Habis Pakai), bagaimana kita bisa
menangani kasus kesehatan di daerah? Mutu obat harus benar-benar siap, dan kita
harus bersama-sama meningkatkan mutu pelayanan farmasi di Indonesia,"
ujarnya tegas.
Ia juga menjelaskan bahwa kebutuhan obat di Sumsel saat ini
masih dalam kondisi normal. Kalaupun terjadi keterlambatan, pihaknya akan
segera berkoordinasi dengan BPOM dan GPFI Pusat agar pendistribusian bisa
dilakukan dengan cepat. Musyawarah tahunan ini, lanjutnya, menjadi ajang
refleksi untuk mengevaluasi capaian, mengidentifikasi kekurangan, serta
memperkuat visi dan misi ke depan dalam dunia farmasi.
Ketua Umum GPFI Pusat, F. Tirto Kusnadi, yang turut hadir dalam kegiatan ini menegaskan bahwa industri farmasi nasional memegang peran krusial dalam memenuhi kebutuhan obat di Indonesia. "Sebesar 80% pasokan obat di Indonesia berasal dari industri farmasi nasional yang tergabung di GPFI. Namun, kami menghadapi tantangan besar karena tekanan regulasi yang tinggi dan tuntutan harga murah dari program JKN, sementara industri tetap dituntut menjaga kualitas," paparnya.
Sementara itu, Tim Ahli Madya Fungsional Pemeriksaan BPOM
Palembang, Aquirina Leonora, S.Si., Apt., menyoroti pentingnya sinergi lintas
sektor dalam pengawasan dan edukasi terkait peredaran obat. Ia menyebutkan
bahwa BPOM terus melakukan pengawasan terhadap sarana produksi, distribusi,
hingga pelayanan seperti apotek dan rumah sakit. "Kami ingin memastikan
bahwa obat yang dikonsumsi masyarakat benar-benar aman, bermanfaat, dan
bermutu. Penyimpanan yang salah pun bisa menurunkan kualitas obat, dan ini
menjadi fokus kami dalam pengawasan," jelasnya.
Saryono, Ketua GPFI Sumsel terpiilih, mengungkapkan bahwa
Musprov ini adalah amanah AD/ART organisasi yang wajib dilaksanakan demi
keberlanjutan kepengurusan dan penguatan peran GPFI di daerah. Ia berharap
kepengurusan nantinya membawa angin segar dalam membangun kemitraan yang lebih
baik dengan stakeholder. “Kami bukan hanya wadah distribusi, tapi juga edukasi
dan sosialisasi kebijakan farmasi kepada masyarakat,” katanya.
Dari data yang ada, tercatat sebanyak 66 anggota dari seluruh Sumatera Selatan yang memiliki hak suara dalam menentukan nakhoda baru organisasi ini. Harapan besar disematkan pada kepemimpinan baru agar GPFI semakin solid dalam menjawab tantangan dunia farmasi di era modern yang terus berkembang. (Fdl)