- by FAKTUALSUMSEL.COM
- May, 16, 2025 01:16
FAKTUALSUMSEL - Lonjakan tajam kasus Covid-19 kembali membayangi sejumlah negara Asia, memunculkan kekhawatiran akan mutasi virus dan menurunnya imunitas masyarakat meski program vaksinasi sudah luas dilakukan.
HONG KONG | SINGAPURA | THAILAND – Setelah sempat mereda,
virus corona kembali menunjukkan taringnya. Tiga negara di Asia—Hong Kong,
Singapura, dan Thailand—mengalami peningkatan signifikan kasus Covid-19 dalam
beberapa pekan terakhir. Lonjakan ini dipicu oleh berbagai faktor, mulai dari
varian baru yang lebih mudah menular hingga kekebalan populasi yang makin
menurun seiring waktu.
Hong Kong: Positivity Rate Tembus 13%, Warga Diimbau Waspada
Hong Kong mencatat peningkatan tajam dalam jumlah kasus
Covid-19 dalam kurun waktu dua bulan terakhir. Dari hanya 33 kasus per minggu
pada awal Maret, angkanya melonjak drastis menjadi 1.042 kasus per 10 Mei. Tak
hanya itu, tingkat positivity rate juga meningkat tajam, dari 0,31% menjadi
13,66%.
Kondisi ini semakin mengkhawatirkan karena dalam dua pekan
terakhir saja, hampir 50 kasus parah dilaporkan, termasuk sejumlah kematian.
“Masyarakat diminta untuk tidak lengah. Jaga kebersihan dan
ikuti protokol kesehatan, terutama bagi kelompok rentan,” ujar pernyataan resmi
dari otoritas kesehatan Hong Kong.
Sebagai langkah pencegahan, pemerintah mendorong pemberian
vaksin tambahan untuk kelompok berisiko tinggi, termasuk penderita komorbid dan
lansia. Mereka disarankan menerima dosis tambahan minimal enam bulan setelah
vaksinasi terakhir atau setelah pulih dari infeksi.
Singapura: Varian Baru Picu Kenaikan 30% dalam Sepekan
Di Singapura, tren serupa terjadi. Dalam kurun waktu
sepekan, kasus baru naik dari 11.100 menjadi 14.200—lonjakan sebesar 30%.
Rata-rata jumlah pasien rawat inap juga meningkat dari 102 menjadi 133 orang
per hari.
Pemerintah Singapura menyoroti dua varian baru yang kini
mendominasi: LF.7 dan NB.1.8, turunan dari varian JN.1. Kedua varian ini
disebut sebagai penyebab utama meningkatnya angka infeksi, karena menyumbang
lebih dari dua pertiga dari total kasus.
Menurunnya kekebalan masyarakat—baik karena jarak waktu yang
lama sejak vaksinasi terakhir maupun karena belum terpapar varian baru—ikut
menjadi faktor penyebab. Vaksin terbaru yang dikembangkan berbasis JN.1
diharapkan dapat menahan laju penyebaran virus.
Thailand: Pasca-Libur Panjang, Ribuan Kasus Baru Muncul
Thailand tak luput dari gelombang baru. Usai perayaan libur
nasional, negeri gajah putih itu melaporkan lonjakan ribuan kasus baru. Hingga
pertengahan 2025, Thailand mencatat 71.067 kasus infeksi dan 19 kematian akibat
Covid-19.
Meski jumlah korban jiwa relatif lebih rendah dibandingkan
saat puncak pandemi, para ahli kesehatan memperingatkan bahwa pelonggaran
protokol kesehatan dan minimnya minat masyarakat untuk vaksinasi ulang dapat
memperburuk situasi.
"Jika kesadaran masyarakat tidak meningkat, Thailand
bisa menghadapi situasi yang jauh lebih buruk dalam beberapa bulan ke
depan," ungkap seorang pakar epidemiologi lokal.
Kekhawatiran Regional: Mutasi Virus dan Kelelahan Pandemi
Lonjakan kasus di tiga negara ini menjadi pengingat bahwa
Covid-19 belum sepenuhnya pergi. Mutasi virus yang terus berkembang serta
kekebalan yang memudar perlahan menjadi ancaman serius. Ketiganya kini
memperkuat sistem pengawasan kesehatan masyarakat dan mendorong vaksinasi ulang
sebagai langkah antisipasi.
Lonjakan ini juga menjadi cerminan bahwa kelelahan pandemi
dan euforia pascapelonggaran pembatasan mungkin telah membuat banyak orang
lengah. Kini, saatnya Asia kembali siaga.
"Waspada, bukan panik. Lindungi diri, jaga orang
lain." – Pesan sederhana yang kembali relevan hari ini. (Fdl/berbagai
sumber)