- by FAKTUALSUMSEL.COM
- Mar, 21, 2025 04:03
Palembang - Isu lingkungan dan banjir kembali menjadi perhatian utama dalam diskusi yang digelar melalui forum Mimbar Negarawan Muda dengan tema "Membangkitkan Peran Serta Pemuda dalam Merawat Lingkungan dan Penanggulangan Banjir." Kegiatan ini berlangsung Kamis (20/3/2025) di Universitas Muhammadiyah Palembang, Jalan A Yani, menghadirkan sejumlah narasumber kompeten, yakni Edi Junaidi, S.ST., Kepala Seksi Kesiapan Siaga BPBD Provinsi Sumsel; Prof. Dr. Ir. Supri Effendi Rahim, M.Sc., dari Majelis Lingkungan Hidup Sumsel; serta Kafrawi, S.Pd., M.Si., Kepala Bidang Pengembangan Pemuda Dispora Sumsel.
Dalam kesempatan tersebut, Prof. Dr. Ir. Supri Effendi Rahim, M.Sc., mengungkapkan fakta mengejutkan mengenai perubahan lanskap sungai di Palembang. "Dulu Palembang memiliki 109 sungai, tetapi kini jumlahnya sangat berkurang. Banyak sungai yang dikan-kangi oleh manusia, sehingga ketika hujan deras turun, air seperti kembali mencari tempat asalnya. Selain itu, banyak wilayah yang mengalami penimbunan tanah tanpa perhitungan matang," ungkapnya.
Ia menekankan pentingnya perencanaan yang berbasis keseimbangan lingkungan. "Saya sendiri telah membangun rumah panen hujan sebagai solusi. Air hujan dan air pasang harus memiliki ruangnya sendiri. Rumus dasarnya adalah minimal 20 persen dari total area harus dibiarkan sebagai ruang kosong agar air dapat terserap dengan baik," tambahnya.
Edi Junaidi, S.ST., dari BPBD Sumsel, menyebut fakta bahwa setiap tahun kota Palembang dan beberapa daerah di Sumatera Selatan mengalami banjir. Namun, ia menjelaskan bahwa tidak semua genangan yang terjadi dapat dikategorikan sebagai banjir. "Sejauh ini, yang terjadi di Palembang lebih tepat disebut sebagai genangan air, bukan banjir. Mengapa demikian? Karena dalam kurun waktu 2-3 jam, genangan tersebut biasanya sudah surut. Ini menandakan bahwa sistem drainase kita masih berfungsi, meski perlu diperbaiki," paparnya.
Ia pun mengimbau masyarakat untuk lebih peduli terhadap lingkungan sekitar. "Partisipasi warga sangat penting. Jika dari tingkat RT, RW, dan kelurahan sudah tertata rapi dan menjaga kebersihan selokan serta drainase, maka genangan air bisa diminimalkan," tegasnya.
Kafrawi, S.Pd., M.Si., perwakilan dari Dispora Sumsel mengajak para pemuda untuk menerapkan metode Amati, Tiru, dan Modifikasi (ATM) dalam mencari solusi kreatif terhadap permasalahan banjir di Palembang. "Pemuda saat ini sangat kreatif dan memiliki kecintaan terhadap Indonesia. Mereka harus berperan dalam mencari solusi konkret agar kota ini tidak lagi digenangi air setiap kali hujan turun," katanya. Menurut Kafrawi, peran pemuda tidak hanya sebatas diskusi dan gagasan, tetapi juga harus diwujudkan dalam aksi nyata.
Terpisah, Efran Martahan Hutapea, SE, MM, Co-Founder Ruang Gagasan sekaligus panitia pelaksana Mimbar Negarawan Muda menyampaikan bahwa forum ini bukan sekadar ajang diskusi, tetapi merupakan bentuk kontribusi nyata dari pemuda kepada pemerintah. " Kami ingin memberikan sumbangsih melalui diskusi ini, mencari solusi bersama untuk mengatasi permasalahan banjir," ujar Efran.
Ia menambahkan bahwa langkah selanjutnya dari kegiatan ini adalah mengadakan aksi nyata, seperti gotong royong membersihkan sampah di berbagai titik rawan banjir. "Kami tidak hanya berhenti di dialog. Ke depan, kami akan turun langsung ke lapangan untuk membersihkan lingkungan. Ini merupakan wujud konkret dari kontribusi pemuda dalam mengatasi banjir," katanya.
Ketua pelaksana, Ridho, selaku salah satu inisiator kegiatan, menekankan bahwa persoalan banjir tidak bisa hanya dibebankan kepada pemerintah. "Tidak adil jika kita hanya menyalahkan pemerintah atau masyarakat. Ini adalah masalah bersama yang memerlukan solusi bersama. Karena setiap banjir pasti ada sebab dan akibatnya," ujarnya. (fdl)