- by FAKTUALSUMSEL.COM
- May, 16, 2025 01:16
Diperkirakan sekitar 80.000 jemaah memadati masjid tersuci
ketiga bagi umat Islam itu. Mereka datang dengan langkah tertahan, namun hati
yang teguh. Suasana yang biasanya penuh suka cita dan semangat kurban kali ini
berubah menjadi sunyi yang menyayat — bayang-bayang perang menggantung di
udara.
Pasukan Israel bersenjata lengkap disiagakan di berbagai titik strategis — dari gerbang-gerbang Kota Tua hingga halaman dalam Masjid Al Aqsa. Namun kehadiran mereka bukan untuk memberi rasa aman, melainkan justru mempertegas suasana represif yang mengakar. Ribuan warga Palestina dari Tepi Barat tidak diizinkan masuk Yerusalem. Mereka yang dilarang masuk masjid terpaksa menggelar sajadah di luar pagar besi, tetap bersujud kepada Tuhan, meski tak diberi ruang oleh manusia. Tidak ada tawa anak-anak, tidak ada aroma makanan khas lebaran, tidak ada pelukan hangat antar saudara. Yerusalem pagi ini hening, sendu, penuh luka yang tak tampak, namun terasa di setiap napas.
Sejak Oktober 2023, Israel terus menggempur Gaza tanpa henti, menolak semua seruan gencatan senjata dari dunia internasional. Hingga kini, lebih dari 54.700 warga Palestina telah terbunuh, mayoritas di antaranya adalah wanita dan anak-anak. Dunia melihat, namun sebagian besar hanya diam. Badan-badan kemanusiaan telah memperingatkan bahaya kelaparan yang mengancam lebih dari 2 juta penduduk Gaza — sebuah krisis kemanusiaan yang menimpa kaum lansia, bayi, dan ibu-ibu yang kehilangan segalanya.
November tahun lalu, Pengadilan Kriminal Internasional (ICC)
menerbitkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin
Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant, atas dugaan kejahatan
perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan. Di saat bersamaan, Pengadilan
Internasional (ICJ) juga tengah menyidangkan kasus genosida yang diajukan
terhadap Israel.
Meski begitu, bagi rakyat Palestina, perlawanan tetap hidup dalam bentuk paling murni: ibadah yang tak henti, doa yang terus melangit, dan harapan yang tak pernah padam — bahkan di bawah laras senapan. Idul Adha tahun ini di Yerusalem bukan hanya tentang kurban dan ibadah. Ia adalah pengingat: tentang keteguhan iman, perjuangan untuk hidup merdeka, dan doa yang tak pernah kehilangan maknanya — bahkan di tengah kehancuran. (Fdl/berbagaisumber)