Wednesday, Aug 20, 2025

Gelorakan Suara dari Timur: Mahasiswa Papua di Palembang Demo Tolak Tambang Nikel di Raja Ampat


FAKTUALSUMSEL, PALEMBANG – Di tengah gemuruh lalu lintas Simpang Lima DPRD Provinsi Sumatera Selatan, Kamis (12/6) sore, puluhan mahasiswa Papua membawa pesan penting dari ujung timur Indonesia. Dipimpin oleh Alfian dan Nehemia sebagai koordinator lapangan, massa aksi tiba sekitar pukul 16.30 WIB dan diterima oleh Kepala Bagian Umum DPRD Sumsel, Hadianto. Aksi ini bukan sekadar unjuk rasa—ini adalah panggilan hati untuk menyelamatkan Raja Ampat, permata laut dunia yang kini terancam oleh tambang nikel.

Dengan suara lantang dan semangat membara, para mahasiswa menyampaikan bahwa keindahan Raja Ampat bukan hanya milik Papua, tapi warisan dunia yang harus dilindungi. Mereka menyoroti bagaimana limbah tambang telah mencemari laut, mematikan terumbu karang, dan memiskinkan nelayan. “Terumbu karang kami bukan untuk dijual. Laut kami bukan tempat limbah!” teriak salah satu orator sambil mengangkat poster bertuliskan “Save Raja Ampat”.

Tak hanya bicara soal kerusakan alam, massa juga menyinggung penderitaan sosial yang dialami masyarakat adat. Pengambilan tanah ulayat tanpa persetujuan, pencemaran sumber air, hingga pengabaian hak-hak dasar menjadi bagian dari penderitaan panjang yang dialami warga Pulau Gag dan Kawe. “Kami bicara atas nama mereka yang tak bisa datang ke sini. Mereka butuh keadilan, bukan janji,” kata Nehemia, matanya tajam menatap gedung wakil rakyat.

Mahasiswa juga membawa sederet tuntutan konkret kepada DPRD Sumsel, di antaranya mendesak pencabutan izin usaha pertambangan (IUP) PT Gag Nikel, meminta tanggung jawab pemulihan lingkungan dari perusahaan yang telah ditutup, serta menuntut penegakan hukum bagi pihak-pihak yang telah merusak alam dan melanggar hak masyarakat adat. “Negara jangan buta dan tuli terhadap penderitaan rakyat Papua!” tegas Alfian dalam orasinya.

Dukungan terhadap aksi ini pun tak hanya datang dari mahasiswa Papua. Sejumlah elemen masyarakat Sumsel turut hadir memberi dukungan moral. Media sosial dipenuhi dengan tagar #SaveRajaAmpat dan #SuaraPapuaUntukRajaAmpat. “Ini bukan aksi biasa. Ini adalah gerakan moral untuk menyelamatkan bumi,” ujar salah satu peserta dari komunitas lingkungan Palembang.

Mereka juga menyoroti ketimpangan ekonomi yang ditimbulkan dari tambang. Keuntungan besar hanya dirasakan oleh segelintir elit, sementara masyarakat lokal hidup dengan kerusakan alam dan janji-janji palsu. “Bayangkan, sejak beroperasi, royalti senilai Rp 700 miliar belum pernah dibayar kepada masyarakat Pulau Gag dan Kawe. Ini penindasan yang dilegalkan!” pekik orator di tengah semangat massa yang terus membuncah.

Aksi ini ditutup dengan pembacaan pernyataan sikap dan penyerahan dokumen tuntutan kepada pihak DPRD Sumsel. Dalam dokumen itu, mereka menekankan bahwa perjuangan ini belum selesai. “Kami harap Ketua DPRD Sumsel, Bapak Andie Dinialdie, benar-benar membawa suara kami ke tingkat nasional. Raja Ampat adalah simbol harapan, dan kami tak akan diam jika harapan itu dirusak oleh kerakusan,” pungkas Alfian. Suara dari timur kini menggema di jantung Sumatera.(Fdl)

author

FAKTUALSUMSEL.COM

Gelorakan Suara dari Timur: Mahasiswa Papua di Palembang Demo Tolak Tambang Nikel di Raja Ampat

Please Login to comment in the post!

you may also like

  • by FAKTUALSUMSEL.COM
  • May, 16, 2025 01:22
BGN Bakal Dirikan 965 Satuan Layanan SPPG di Sumsel
  • by FAKTUALSUMSEL.COM
  • May, 17, 2025 10:06
Imigrasi Jaring 170 WNA dalam Operasi Wira Waspada