- by FAKTUALSUMSEL.COM
- May, 16, 2025 01:16
Ia menekankan pentingnya memiliki warga negara yang paham realitas sosial, mengerti kebutuhan masyarakat, dan siap turun tangan tanpa menunggu perintah. Kesadaran seperti itu, menurutnya, jauh lebih berharga ketimbang sekadar indeks kecerdasan tinggi.
Contoh nyata dari krisis kesadaran ini, lanjutnya, masih banyak terlihat di sektor kesehatan dan pendidikan. Di berbagai daerah, masih banyak warga yang belum tersentuh layanan dasar karena kurangnya inisiatif sosial dari mereka yang memiliki kapasitas. “Seharusnya, seorang dokter sadar bahwa ilmunya bisa menyelamatkan jiwa. Maka, dua jam sehari untuk melayani warga kurang mampu secara gratis adalah bentuk kesadaran,” kata Aka. “Begitu juga dengan guru. Dulu di tahun 90-an, banyak guru rela memberikan tambahan pelajaran di luar jam sekolah demi masa depan murid-muridnya.”
Ia menilai bahwa kesadaran seperti itulah yang mulai hilang, tergantikan oleh sikap individualistik dan pragmatisme. Padahal, kesadaran sosial dan nasionalisme adalah pondasi utama untuk membangun bangsa yang kuat dan beradab. Lebih jauh, Aka mengajak seluruh elemen masyarakat untuk merenung: apakah selama ini kita sudah cukup sadar terhadap tanggung jawab kita sebagai warga negara? Sudahkah kita ikut aktif dalam menyelesaikan masalah bersama? “Kesadaran bukan hanya tentang empati, tapi juga tentang partisipasi. Sadar berarti tahu harus berbuat apa, kapan, dan untuk siapa,” jelasnya.
Menurutnya, dengan membangun kesadaran nasional, masyarakat akan menjadi lebih peka, lebih peduli, dan lebih solid dalam membangun masa depan bersama. Ini yang menjadi syarat utama menuju Indonesia Emas 2045. “Kalau kita ingin mencapai Indonesia yang sejahtera dan berkeadilan, maka setiap warga negara harus punya kesadaran tinggi dalam berbangsa dan bernegara,” ujar Aka.
Di akhir pernyataannya, ia menegaskan bahwa visi Indonesia Emas bukan hanya urusan pemerintah atau elit politik. Visi itu adalah milik seluruh rakyat. Dan untuk mencapainya, bukan kecerdasan saja yang dibutuhkan, tetapi kesadaran kolektif untuk bergerak bersama. “Mari kita bangun Indonesia dengan hati yang sadar. Karena dari kesadaran lahir tanggung jawab. Dan dari tanggung jawab, lahirlah perubahan,” pungkas Aka Cholik Darlin. (Fdl)