Wednesday, Aug 20, 2025

Pengendalian Karhutla di Sumsel: Antisipasi Maksimal Jelang Puncak Musim Kemarau


FAKTUALSUMSEL, PALEMBANG -Mentri Lingkungan Hidup, Hanif Faizol Nuraofiq Bersama  Gubernur Sumatera Selatan,  Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sumsel menegaskan komitmen kuat dalam pengendalian kebakaran hutan, kebun, dan lahan (karhutla) di tengah ancaman puncak musim kemarau tahun ini. Dalam pernyataannya, gubernur menyampaikan bahwa upaya pengendalian ini sejalan dengan arahan Presiden RI untuk membentuk sistem permanen dalam pengelolaan hutan dan lahan dengan memprioritaskan pencegahan karhutla.

 Data mencatat bahwa sepanjang 1 Januari hingga 31 Mei 2025, Indonesia telah mengalami 983 kejadian kebakaran dengan luasan sekitar 485.000 hektare berdasarkan citra satelit. Wilayah terdampak tersebar di Sumatera hingga Kalimantan, termasuk Sumatera Selatan yang hingga 23 Juli telah mencatatkan 1.104 hotspot dan 64 kejadian kebakaran dengan luas terbakar mencapai 43 juta meter persegi.

 “Upaya pemadaman di Sumsel pun diapresiasi secara khusus oleh pemerintah pusat. Berkat kerja keras jajaran Gubernur, Forkopimda, BPBD, serta instansi vertikal lainnya, berbagai titik api berhasil dipadamkan sebelum menyebar luas. Hal ini juga berkat sinergi dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang telah menggelar tujuh kali operasi modifikasi cuaca untuk memperpanjang hujan di wilayah rawan,” ujar Hanif dalam sambutannya di Griya Agung, Selasa (29/7/2025).

 Operasi modifikasi cuaca terbukti efektif dalam membantu pemadaman dan mengurangi jumlah hotspot. Gubernur pun menegaskan bahwa sinergi dengan sektor swasta, masyarakat peduli api (MPA), serta relawan menjadi kunci penting keberhasilan penanggulangan karhutla. “Ilmu pengendalian karhutla yang telah dibangun saat ini harus terus dikembangkan dan dilibatkan lintas unsur,” ujarnya.

 Menurutnya, BMKG telah memetakan prediksi puncak musim kemarau 2025 di Sumatera Selatan. Pada Juni lalu, wilayah seperti Musi Banyuasin bagian barat, OKU Selatan, Lahat bagian selatan, serta Muara Enim bagian selatan sudah mengalami kekeringan ekstrem. Selanjutnya, puncak kemarau pada Agustus diperkirakan akan melanda bagian timur Banyuasin, Ogan Komering Ilir (OKI), dan Ogan Komering Ulu Timur.

Menghadapi kondisi tersebut, pemerintah daerah menyiagakan tim gabungan untuk patroli darat dan udara.  Tim patroli udara yang melibatkan helikopter pemantau telah menemukan titik api di wilayah Desa Harapan, Kecamatan di Kabupaten OKI. Tim gabungan turun langsung melakukan pemadaman meski harus melalui medan yang sulit. Setelah kerja keras selama berjam-jam, api akhirnya berhasil dipadamkan.

 Pemerintah pusat melalui Kementerian Lingkungan Hidup juga mengapresiasi keberhasilan Sumsel dalam menjaga tinggi muka air gambut agar tetap stabil dan lembap. Berdasarkan sistem pemantauan KLHK, tinggi muka air gambut masih tergolong aman sehingga risiko karhutla akibat kebakaran bawah permukaan dapat diminimalkan.

Namun demikian, Menko bidang Kemaritiman dan Investasi menegaskan pentingnya tetap siaga dan fokus pada langkah-langkah pencegahan. Hal ini meliputi monitoring hotspot, pergerakan cuaca dan iklim, kesiapan SDM, sarana-prasarana, serta anggaran pengendalian. “Apa yang kita lakukan hari ini adalah manifestasi dari kesiapsiagaan yang harus terus ditingkatkan,” katanya.

 Dalam laporannya, menyampaikan bahwa operasi lapangan akan terus ditingkatkan. Personel siaga di lapangan kini dibagi menjadi tim darat dan udara, termasuk tim reaksi cepat yang ditugaskan di wilayah berisiko tinggi. Koordinasi lintas instansi juga dilakukan melalui posko terpadu yang aktif 24 jam.

 Sementara itu, BMKG menyebutkan bahwa 79% wilayah Sumsel telah dilanda musim kemarau sejak 1 Juni 2025. Dengan tren hari tanpa hujan yang terus meningkat, risiko kebakaran juga naik signifikan. Oleh karena itu, seluruh stakeholder diminta meningkatkan kewaspadaan untuk mencegah potensi bencana ekologis besar.

 Selain pemerintah, keterlibatan masyarakat juga menjadi fokus penting. Edukasi dan pelatihan masyarakat, khususnya di desa-desa sekitar kawasan hutan dan perkebunan, terus dilakukan agar tidak terjadi pembukaan lahan dengan cara dibakar. Program Desa Siaga Api digencarkan kembali di titik-titik rawan sebagai bentuk penguatan dari bawah.

 Hanif Faisol Nurofiq, menyatakan bahwa operasi penanggulangan akan terus berlangsung secara terintegrasi hingga akhir musim kemarau. "Kami tidak ingin ada lagi tragedi seperti beberapa tahun lalu yang menyebabkan kabut asap hingga ke negara tetangga," tegasnya.

 Dengan segala upaya dan kolaborasi lintas sektor ini, Sumatera Selatan berharap dapat melalui musim kemarau 2025 tanpa kebakaran besar. Pemerintah dan masyarakat bersatu dalam misi menjaga lingkungan, kesehatan publik, serta reputasi Indonesia di mata dunia terkait komitmen mengurangi emisi dan menghadapi krisis iklim global.

Sumsel Kerahkan 1.200 Personel dan Peralatan Lengkap Hadapi Karhutla 2025. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sumatera Selatan, M. Iqbal Alisyahbana, S.STP., M.M., mengungkapkan bahwa pihaknya telah melaksanakan apel kesiapsiagaan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) tahun 2025 dengan melibatkan 1.200 personel serta tamu undangan dari berbagai instansi. Setelah apel, dilaksanakan pula simulasi pemadaman dan peninjauan peralatan di posko. “Alhamdulillah perencanaan apel sudah berjalan dengan baik,” ujar Iqbal.

Iqbal menjelaskan bahwa dalam penanganan karhutla tahun ini, BPBD mendapat dukungan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) berupa kendaraan dan peralatan khusus. Mengingat lokasi kebakaran banyak yang sulit dijangkau kendaraan roda empat, BNPB meminjamkan kendaraan roda dua yang telah dimodifikasi serta kendaraan roda tiga untuk menjangkau titik-titik api yang ekstrem.

 Selain armada darat, Sumsel juga mendapat pinjaman dua unit helikopter patroli dan tiga unit helikopter water bombing. Menteri Lingkungan Hidup dan jajaran kementerian bahkan turut melakukan patroli udara menggunakan helikopter guna memantau langsung kondisi di lapangan, sementara tim satgas darat tetap aktif melakukan pemadaman di berbagai wilayah rawan. “Tim satgas kita kemungkinan akan bekerja hingga 30 November, namun kita semua berharap agar karhutla bisa dikendalikan sebelum itu,” tambah Iqbal. Ia menyebut puncak kemarau diperkirakan berlangsung pada Agustus dan September, sehingga periode inilah yang menjadi fokus utama pengendalian dan pencegahan karhutla secara masif.(Fdl)

 

author

FAKTUALSUMSEL.COM

Pengendalian Karhutla di Sumsel: Antisipasi Maksimal Jelang Puncak Musim Kemarau

Please Login to comment in the post!

you may also like

  • by FAKTUALSUMSEL.COM
  • May, 16, 2025 01:22
BGN Bakal Dirikan 965 Satuan Layanan SPPG di Sumsel
  • by FAKTUALSUMSEL.COM
  • May, 17, 2025 10:06
Imigrasi Jaring 170 WNA dalam Operasi Wira Waspada