FAKTUALSUMSEL, PALEMBANG -Mentri Lingkungan Hidup, Hanif Faizol
Nuraofiq Bersama Gubernur Sumatera
Selatan, Kepala Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sumsel menegaskan komitmen kuat dalam
pengendalian kebakaran hutan, kebun, dan lahan (karhutla) di tengah ancaman
puncak musim kemarau tahun ini. Dalam pernyataannya, gubernur menyampaikan
bahwa upaya pengendalian ini sejalan dengan arahan Presiden RI untuk membentuk
sistem permanen dalam pengelolaan hutan dan lahan dengan memprioritaskan
pencegahan karhutla.
Data mencatat bahwa sepanjang 1 Januari hingga 31 Mei 2025,
Indonesia telah mengalami 983 kejadian kebakaran dengan luasan sekitar 485.000
hektare berdasarkan citra satelit. Wilayah terdampak tersebar di Sumatera
hingga Kalimantan, termasuk Sumatera Selatan yang hingga 23 Juli telah
mencatatkan 1.104 hotspot dan 64 kejadian kebakaran dengan luas terbakar
mencapai 43 juta meter persegi.
“Upaya pemadaman di Sumsel pun diapresiasi secara khusus
oleh pemerintah pusat. Berkat kerja keras jajaran Gubernur, Forkopimda, BPBD,
serta instansi vertikal lainnya, berbagai titik api berhasil dipadamkan sebelum
menyebar luas. Hal ini juga berkat sinergi dengan Badan Meteorologi Klimatologi
dan Geofisika (BMKG) yang telah menggelar tujuh kali operasi modifikasi cuaca
untuk memperpanjang hujan di wilayah rawan,” ujar Hanif dalam sambutannya di
Griya Agung, Selasa (29/7/2025).
Operasi modifikasi cuaca terbukti efektif dalam membantu
pemadaman dan mengurangi jumlah hotspot. Gubernur pun menegaskan bahwa sinergi
dengan sektor swasta, masyarakat peduli api (MPA), serta relawan menjadi kunci
penting keberhasilan penanggulangan karhutla. “Ilmu pengendalian karhutla yang
telah dibangun saat ini harus terus dikembangkan dan dilibatkan lintas unsur,”
ujarnya.
Menurutnya, BMKG telah memetakan prediksi puncak musim
kemarau 2025 di Sumatera Selatan. Pada Juni lalu, wilayah seperti Musi
Banyuasin bagian barat, OKU Selatan, Lahat bagian selatan, serta Muara Enim
bagian selatan sudah mengalami kekeringan ekstrem. Selanjutnya, puncak kemarau
pada Agustus diperkirakan akan melanda bagian timur Banyuasin, Ogan Komering
Ilir (OKI), dan Ogan Komering Ulu Timur.
Menghadapi kondisi tersebut, pemerintah daerah menyiagakan
tim gabungan untuk patroli darat dan udara. Tim patroli udara yang melibatkan helikopter pemantau telah
menemukan titik api di wilayah Desa Harapan, Kecamatan di Kabupaten OKI. Tim
gabungan turun langsung melakukan pemadaman meski harus melalui medan yang
sulit. Setelah kerja keras selama berjam-jam, api akhirnya berhasil dipadamkan.
Pemerintah pusat melalui Kementerian Lingkungan Hidup juga
mengapresiasi keberhasilan Sumsel dalam menjaga tinggi muka air gambut agar
tetap stabil dan lembap. Berdasarkan sistem pemantauan KLHK, tinggi muka air
gambut masih tergolong aman sehingga risiko karhutla akibat kebakaran bawah
permukaan dapat diminimalkan.
Namun demikian, Menko bidang Kemaritiman dan Investasi
menegaskan pentingnya tetap siaga dan fokus pada langkah-langkah pencegahan.
Hal ini meliputi monitoring hotspot, pergerakan cuaca dan iklim, kesiapan SDM,
sarana-prasarana, serta anggaran pengendalian. “Apa yang kita lakukan hari ini
adalah manifestasi dari kesiapsiagaan yang harus terus ditingkatkan,” katanya.
Dalam laporannya, menyampaikan bahwa operasi lapangan akan
terus ditingkatkan. Personel siaga di lapangan kini dibagi menjadi tim darat
dan udara, termasuk tim reaksi cepat yang ditugaskan di wilayah berisiko
tinggi. Koordinasi lintas instansi juga dilakukan melalui posko terpadu yang
aktif 24 jam.
Sementara itu, BMKG menyebutkan bahwa 79% wilayah Sumsel
telah dilanda musim kemarau sejak 1 Juni 2025. Dengan tren hari tanpa hujan
yang terus meningkat, risiko kebakaran juga naik signifikan. Oleh karena itu,
seluruh stakeholder diminta meningkatkan kewaspadaan untuk mencegah potensi
bencana ekologis besar.
Selain pemerintah, keterlibatan masyarakat juga menjadi
fokus penting. Edukasi dan pelatihan masyarakat, khususnya di desa-desa sekitar
kawasan hutan dan perkebunan, terus dilakukan agar tidak terjadi pembukaan
lahan dengan cara dibakar. Program Desa Siaga Api digencarkan kembali di
titik-titik rawan sebagai bentuk penguatan dari bawah.
Hanif Faisol Nurofiq, menyatakan bahwa operasi
penanggulangan akan terus berlangsung secara terintegrasi hingga akhir musim
kemarau. "Kami tidak ingin ada lagi tragedi seperti beberapa tahun lalu
yang menyebabkan kabut asap hingga ke negara tetangga," tegasnya.
Dengan segala upaya dan kolaborasi lintas sektor ini,
Sumatera Selatan berharap dapat melalui musim kemarau 2025 tanpa kebakaran
besar. Pemerintah dan masyarakat bersatu dalam misi menjaga lingkungan,
kesehatan publik, serta reputasi Indonesia di mata dunia terkait komitmen
mengurangi emisi dan menghadapi krisis iklim global.
Sumsel Kerahkan 1.200 Personel dan Peralatan Lengkap
Hadapi Karhutla 2025. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
Provinsi Sumatera Selatan, M. Iqbal Alisyahbana, S.STP., M.M., mengungkapkan
bahwa pihaknya telah melaksanakan apel kesiapsiagaan penanggulangan kebakaran
hutan dan lahan (karhutla) tahun 2025 dengan melibatkan 1.200 personel serta
tamu undangan dari berbagai instansi. Setelah apel, dilaksanakan pula simulasi
pemadaman dan peninjauan peralatan di posko. “Alhamdulillah perencanaan apel
sudah berjalan dengan baik,” ujar Iqbal.
Iqbal menjelaskan bahwa dalam penanganan karhutla tahun ini,
BPBD mendapat dukungan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) berupa
kendaraan dan peralatan khusus. Mengingat lokasi kebakaran banyak yang sulit
dijangkau kendaraan roda empat, BNPB meminjamkan kendaraan roda dua yang telah
dimodifikasi serta kendaraan roda tiga untuk menjangkau titik-titik api yang
ekstrem.
Selain armada darat, Sumsel juga mendapat pinjaman dua unit
helikopter patroli dan tiga unit helikopter water bombing. Menteri Lingkungan
Hidup dan jajaran kementerian bahkan turut melakukan patroli udara menggunakan
helikopter guna memantau langsung kondisi di lapangan, sementara tim satgas
darat tetap aktif melakukan pemadaman di berbagai wilayah rawan. “Tim satgas kita kemungkinan akan bekerja hingga 30
November, namun kita semua berharap agar karhutla bisa dikendalikan sebelum
itu,” tambah Iqbal. Ia menyebut puncak kemarau diperkirakan berlangsung pada
Agustus dan September, sehingga periode inilah yang menjadi fokus utama
pengendalian dan pencegahan karhutla secara masif.(Fdl)